Alasan Hutang Negara Bukan Berarti Hutang Rakyat

Banyak sekali pihak termakan informasi yang menyatakan bahwa hutang negara sama dengan hutang rakyat. Hutang negara dibagi dengan jumlah penduduk. Seolah-olah satu warga negara mendapatkan jatah hutang sekian juta.
Padahal hutang negara yaitu murni sepenuhnya tanggung jawab pemerintah pusat. Masyarakat tidak ada tanggung jawab untuk membayarnya. Masyarakat hanya wajib memenuhi kewajibannya dalam membayar pajak dan retribusi negara.
Maka jangan tergoda informasi yang tidak benar, seakan-akan bayi baru lahir sudah harus menanggung hutang negara sekian juta.
Meskipun tidak mampu dipungkiri, untuk membayar hutang negara maka pemerintah harus menerapkan 'penghematan' dan sedikit kebijakan yang secara bertahap memberi sedikit beban kepada seluruh rakyat.
Tapi semua itu tetap saja tidak terlalu memberi efek besar. Kita masih memiliki beberapa alternatif untuk mengakalinya. Misalnya dengan tidak lagi menggunakan kemudahan pribadi yang pajaknya mengalami kenaikan.
Yang menjadi dilema bukan soal hutang negaranya, banyak negara maju seperti AS yang hutangnya jauh lebih besar dari negara kita. Karena yang terpenting adalah hutang tersebut dialokasikan untuk apa. Pembangunan infrastruktur contohnya, yang mempunyai keuntungan jangka panjang.
Kita hanya perlu berpikir nyata, setidaknya pajak yang kita berikan, hitungannya sudah lebih murah untuk membayar keamanan dan kenyamanan kita dalam menjalani kehidupan.
Bayangkan bila tidak ada tugas pemerintah, kita akan selalu was was dalam menjalani kehidupan di dunia ini.
Jika memang tidak puas dengan sistem yang ada, jikalau mampu masuk dan rubahlah sistem yang ada dengan sistem yang lebih baik. Minimal jadilah bagian dalam sistem yang ada, agar cara berpikir mampu berubah.
Belum ada Komentar untuk "Alasan Hutang Negara Bukan Berarti Hutang Rakyat"
Posting Komentar